ARISTOTELES ONASSIS
Aristoteles Onassis dilahirkan pada tanggal 20 Januari 1906 di Simyrna, sebuah kota Yunani yang makmur di pantai Barat
Turki. Di antara kesepuluh orang kaya kita, Aristotle Onassis memiliki kekayaan luar biasa, yang dihitung dalam miliaran,
bukannya jutaan. Kemasyhuran namanya masih ditambah lagi dengan hubungannya yang penuh gejolak dengan Maria Callas,
penyanyi opera yang terkenal, dan kemudian dengan Jacquiline Bouvier Kennedy. Dan seperti lazimnya, berbagai kisah yang
dilebih-lebihkan atau setengah dongeng telah beredar, mengenai dia, terutama mengenai asal-usulnya yang sederhana. Konon,
ia lahir dari sebuah keluarga miskin, yang hidupnya selalu kekurangan. Konon, ayahnya adalah penjaja dagangan buatan
sendiri dari pintu ke pintu, dan ibunya pembantu rumah tangga. Onassis tidak pernah mencoba meluruskan pendapat orang
banyak tentang masa lalunya, sekurang-kurangnya dimuka umum, karena kisah-kisah seperti itu biasanya malah menambah
cemerlang aura misteri yang mengelilingi dirinya. Ia selalu menyadari pentingnya citra diri seseorang dalam meraih sukses,
suatu hal yang akan kita bicarakan lagi nanti.
Dalam kenyataan, ayah Onassis adalah seorang pedagang grosir yang berkecukupan dan mempunyai nama sebab ia juga menjabat
presiden sebuah bank dan rumah sakit setempat. Namun Onassis bukan ahli waris kekayaan ayahnya, dan ia menjadi kaya karena
kekayaan keluarganya. Seperti yang akan kita lihat, ia pergi ke Amerika Serikat ketika terjadi pertikaian keluarga selagi
ia berumur 17 tahun. Ia membawa bekal $450 dalam sakunya, itu pun hanya $250 adalah uang dari keluarganya. Ayahnya dengan
enggan memberikan uang sebanyak itu yang baru diberikan pada saat akan terpisah, sebab ia tidak setuju dengan
kepergiannya. Ayah dan anak memang tidak pernah akrab, suatu hal yang aneh di antara keluarga Yunani di tanah air. Ayah
Onassis yang dibesarkan pada sebuah pertanian dengan susah payah mengumpulkan kekayaan.
Wataknya sangat disiplin dan keras. Walaupun selalu sadar akan rasa tanggung-jawab, ia bukanlah seorang yang dapat disebut
hangat dan menarik.
Segera Onassis memberontak terhadap setiap bentuk disiplin. Sejak anak sampai remaja ia banyak menimbulkan keributan dan
geger, duri di mata ayahnya. Hubungan mereka bertambah rumit lagi karena suatu kenyataan lain. Ibunya, Penelope, meninggal
ketika Onassis baru berumur enam tahun. Hanya 18 bulan sesudah itu ayahnya menikah lagi dengan seorang wanita bernama
Helen. Onassis memandang ibu tirinya sebagai orang lain yang menyelundup, dan karenanya wanita ini tidak mendapat tempat
sedikit pun di hatinya.
Di sekolah, ia bodoh dan suka mencari perkara, mengikuti contoh banyak orang kaya. Tidak aneh kalau ia diusir dari
beberapa sekolah. Ia paling sering menduduki ranking terbawah di kelasnya. Salah seorang gurunya berkata:
Teman-teman sekelas memuja dia, tetapi gara guru dan keluarganya berputus asa. Selagi ia masih muda,
dengan mudah orang dapat melihat bahwa dia akan menjadi seorang di antara mereka yang akan menghancurkan diri sama sekali
atau sukses secara gilang-gemilang.
Walaupun raport Ari di sekolah jauh dari bagus, bakatnya untuk berdagang dan mencari uang telah tampak sejak dini. Mungkin
anekdot berikut dapat menerangkan. Salah seorang temannya yang telah merancang sebuah kitiran kecil, sebuah mainan
sederhana yang terdiri atas baling-baling kertas berpasak jarum yang ditancapkan pada sepotong kayu. Bangga atas
prestasinya, anak itu dengan berani membuat beberapa buah dan mencoba menjualnya.
Mau kau jual berapa kitiranmu ini? tanya Onassis. Eh saya tidak tahu. Bagaimana kalau seharga jarum .
Dasar bodoh! bentak Onasiss. Kau minta satu jarum sedang yang kau jual satu jarum, tambah baling- baling, tambah kayu,
belum lagi kau hitung waktu yang kau perlukan untuk membuatnya.
Teman Onassis mengambil kesimpulan: Inilah pelajaran saya yang pertama tentang arti keuntungan. Pada waktu itu tidak
terpikir olehnya bahwa ia sedang mendengarkan pelajaran dari seorang jago uang masa mendatang. Sebuah kisah lain
menggambarkan bakat bisnis Onasis pada masa mudanya. Pada suatu hari, suatu kebakaran terjadi di gudang sekolah di kota
tempat kelahirannya. Onasiss membeli seonggok pinsil bekas kebakaran itu dengan harga murah. Ia menanamkan sedikit modal
dengan membeli dua ala peruncing pinsil. Ia, berdua dengan temannya, mulai membersihkan bagian-bagian pinsil yang hangus.
Kemudian ia menjual pinsil-pinsil itu kembali kepada teman-teman di sekolah dengan harga sangat murah, namun tetap
memberikan untung cukup besar. Mungkin contoh ini biasa-biasa saja, tetapi justru pekerjaan seperti inilah kelak bisnis
besar Onassis. Ia memperbaiki kapal-kapal laut yang rusak dan membuatnya layak melaut, dan menjualnya dengan harga yang
jauh lebih tinggi, tentu saja. Di sekolah, waktu berjalan terus, tetapi Onassis tidak bertambah maju. Tahun 1922 mulai
tidak menyenangkan. Banyak teman sekelasnya pergi untuk menuntut ilmu di universitas-universitas besar di Eropa. Tetapi
Onassis sendiri tidak lulus. Masa depan tampak suram baginya. Beberapa hari setelah upacara penyerahan ijazah, salah
seorang temannya melihat Onassis berjalan tanpa tujuan di taman kota. Ia mencoba menghibur hati Onassis.
Jangan khawatir, Aristotle, kau lihat nanti, semua akan beres. Kau coba sekali lagi tahun depan. Kau pasti lulus. Goblok,
jawab Onassis. Kau kira saya akan tinggal saja selamanya di sini? Dunia ini sempit. Saya tidak perlu ijazah. Pada suatu
hari kau akan heran akan apa yang saya lakukan. Waktu membuktikan bahwa omongan Onasis bukanlah lelucon belaka.
Pada tahun 1922, invasi Turki menimbulkan bayangan gelap pada masa remaja Onassis yang penuh gejolak. Smyrnba diduduki dan
warga kota dibabat habis tanpa belas kasih. Ayah Onassis, seorang tokoh yang terkenal luas, dipenjarakan dan Ari menjadi
kepala rumah tangga pada usia 16 tahun. Ini masa yang sulit baginya. Dan pada masa ini ia menerapkan kehebatannya sebagai
diplomat dan kemampuannya untuk bertahan dalam keadaan apa pun. Masa yang sulit ini justru merupakan pengalaman yang tepat
untuk membentuk wataknya. Sesudah malapetaka Smyrna berlalu, Ari adalah Ari yang lain dari sebelumnya. Segala sesuatu yang
dialaminya tidak pernah hilang dari ingatannya; kenangan-kenangan itu disertai suatu kesadaran akan kemampuannya untuk
bertahan. Ia telah mempertaruhkan diri dan menang. Dewi fortuna memihak pada kaum yang berani dan ia pusatkan visinya
tentang dunia atas pengetahuan tersebut.
Onasis yang memetik manfaat dari pendudukan Turki untuk berbisnis. Ia menyelundupkan minuman keras ke
Tentara Turki, dengan maksud merebut hati para jenderal agar mau membebaskan ayahnya, yang bagaimana pun harus meringkuk
dalam penjara selama setahun.
Sukses Onassis sangat tergantung pada daya tarik pribadi dan kemampuannya mengadakan hubungan dengan umum. Beberapa orang
sebayanya menyebut dia si bunglon. Memang ia pandai sekali menyesuaikan diri dengan semua orang yang dijumpainya. Pada
umumnya, kalau kita membuat apa-apa menjadi mudah bagi orang lain, mereka akan bersimpati kepada kita, demikian pendapat
Onassis.Pernah Onassis mengaku kepada Winston Churchill salah seorang kenalannya yang berjabatan tinggi, yang pada waktu
itu sedang
menjadi tamu di atas, kapalnya Christina, mengenai teori pribadinya tentang keharusan sejarah yang tercipta
pada masa sulit. Pengalamannya telah mengajar dia bahwa bila alam memberikan suasana yang cocok dan makanan berlimpah, ia
tidak mempunyai banyak energi dan kurang berinisiatif. Sebaliknya, orang yang didesak-desak minggu dan harus berjuang
keras untuk tetap bertahan, dalam keadaan sulit akan lebih mungkin mampu menyesuaikan diri dengan segala keadaan. Dengan
demikian ia akan tetap berhasil selagi orang lain mati karena adanya rancangan untuk bertahan. Demikianlah, menurut
Onassis, kesulitan dan kemelaratan sering kali mendorong orang untuk menemukan sumber dayanya sendiri, yang tak diduga
adanya sebelumnya, dan dengan demikian membuat dia maju dengan mendobrak hambatan dan keterbatasan pribadinya. Kisah hidup
Onassis adalah sebuah gambaran yang baik sekali tentang prinsip tersebut. Socrates, ayah Onassis, tidak mau mengakui jasa
anaknya dalam peranan yang dimainkannya selama masa
pendudukan, dan tidak membiarkan dia meneruskan peranannya sebagai penanggung jawab keluarga.
Onassis sangat sakit sekali karena perlakuan ayahnya ini dan, menurut pengakuannya, sampai berbulan-bulan sesudah itu
sering kali dilanda rasa marah yang tanpa daya. Sikap ayahnya tak berterima kasih dan berkesan disingkirkan dari
keluarganya memotivasi keputusannya untuk mencoba keberuntungannya di Amerika
Selatan. Mula-mula, tentu saja ia berpikir untuk pergi ke Amerika Serikat, tetapi mendapatkan visa tidaklah
mudah. Onassis mengalihkan perhatiannya ke Argentina: ia mendengar berita bahwa banyak orang Yunani sudah menjadi kaya di
sana.
Onassis mendarat di Buenos Aires pada tanggal 21 September 1923. Bawaannya sebuah koper tua dan uang sebanyak $450. Tetapi
di dalam dirinya ia membawa bekal yang lebih berharga: tekad keras untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa ia mampu menjadi
kaya tanpa bantuan ayahnya. Rasa percaya diri ini akan dibawanya sepanjang hayatnya.
Tanpa diploma, tanpa pekerjaan, uang dan koneksi orang berpengaruh, Onassis terpaksa mulai dengan melakukan aneka
pekerjaan kasar. Ia menjadi kenek tukang batu, kuli pengangkut bata pada suatu proyek
pembangunan, tukang cuci piring di restoran, dan akhirnya menjadi magang instalator listrik di River Plate United
Telepchone Co. Bagi seseorang dengan ego yang sehat seperti dia, ini bukan prestasi yang pantas. Beberapa bulan sesudah
memulai pekerjaan ini, Onassis minta dipindah ke giliran malam, dengan dalih bahwa ia harus mengerjakan beberapa hal di
siang hari. Dengan ambisinya yang besar, Onassis tidak berniat menghabiskan banyak waktu untuk belajar menyolder kabel.
Pada masa itu, tembakau Yunani terkenal baik, bahkan diklasifikasikan di antara tembakau-tembakau paling enak oleh para
ahli. Namun, karena masalah pengimporan dan penyediaan, barang ini menjadi sukar didapat. Onassis menulis kepada ayahnya
minta kiriman. Socrates setuju dan mengapalkan kiriman pertama sebagai sampel. Mula-mula hasilnya tidak menggembirakan.
Onassis membawa sampelnya ke beberapa pabrik, dan minta agar ia dihubungi.
Beberapa minggu berlalu tanpa berita. Kini Onassis mengerti bahwa seharusnya tidak membuang-buang
waktu dengan mendatangi pabrik-pabrik kecil, tetapi harus datang ke yang besar sekalian. Untuk itu ia harus menemui Juan
Gaona, kepada salah satu firma tembakau terbesar di Argentina. Selama 15 hari berturut-turut, Onassis tampak bersandar
pada dinding gedung Gaona, untuk mengamati datang dan perginya bos itu. Akhirnya Gaona merasa tergoda juga oleh perilaku
orang muda ini, dan ia mengundang Onassis ke kantornya. Onassis menyampaikan tawarannya dengan sebaik-baiknya. Gaona
rupanya terkesan dan Onassis disuruh menghadap manajer persediaannya. Dengan memanfaatkan nama Gaona, Onassis berhasil
membujuk orang itu untuk meneken kontrak pembelian tembakau seharga $10.000 dengan komisi biasa sebesar lima persen.
Kelak, Onassis sering menyatakan bahwa uang komisinya yang sebesar $500 itu merupakan batu sendi kekayaannya besar. Ia
tidak menggunakan uang itu untuk apa-apa, tetapi menabungnya di bank untuk jaga- jaga, ibarat sedia payung sebelum hujan.
Dengan sikapnya yang hemat dan bijak, Onassis mencukupi hidupnya dengan hasil yang diperolehnya di perusahaan telepon, dan
semua uang yang tersisa disimpannya, sehingga ia dapat terjun ke dunia bisnis tanpa meminjam uang kepada siapa pun.
Onassis kadang-kadang terpaksa berutang sementara menunggu pembayaran dari pelanggan. Tetapi ia jarang meminjam lebih dari
$3.000 dan selalu melunasinya secepat mungkin. Kelak, tentu saja, setelah menemukan gunanya uang Orang Lain (UOL), suatu
hal yang akan kita bicarakan nanti, Onassis akan meneken kontrak pinjaman sampai sebesar beberapa juta dolar, dengan
jadwal pengembalian sesudah beberapa tahun. Tetapi, adalah satu prinsip utama bila orang memulai suatu bisnis adalah
mengembalikan utang secepat mungkin. Onassis membangun kepercayaan beberapa bank kepadanya: suatu hal yang akan sangat dia
butuhkan pada tahun-tahun mendatang.
Setelah bekerja pada giliran malam selama setahun, Onassis minta keluar dari United Telephone, dengan
menyatakan bahwa ada suatu gagasan yang akan diikutinya. Impian barunya ialah membuat pabrik rokok. Untuk itu ia mempunyai
modal $25.000 hasil tabungannya dengan tambahan pinjaman dari bank sebanyak itu pula. Kepercayaan bank sudah mulai tampak
manfaatnya. Ia mempekerjakan 30 orang imigran Yunani. Usahanya dengan cepat bertambah besar tetapi tidak memberikan
keuntungan yang diharapkanya. Segera Onassis menutup usahanya. Wirausahanya yang pertama gagal. Onassis tidak kehilangan
semangat. Bahkan sebaliknya. Ia bertambah gigih. Sementara itu bisnis import tembakaunya masih tetap berjalan dengan
keuntungan lumayan.
Selama musim panas tahun 1929, pemerintah Yunani menaikkan pajak dalam beberapa bidang, termasuk
untuk tembakau. Onassis memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke Yunani untuk mencoba mendekati pihak
yang berwenang. Mula-mula Menteri yang bersedia menerima dia memperhatikan kukunya sendiri daripada mendengarkan
permintaan pedagang muda itu. Akhirnya ia potong kata-kata Onassis dan tiba-tiba saja ingin menghentikan pembicaraan itu.
Onasis sangat. Ia menjawab:
Terima kasih. Kalau kita kapan-kapan bertemu lagi, saya harap Anda lebih tertarik akan tawaran saya. Saya
pikir Anda mempunyai banyak pekerjaan, tetapi tampaknya kuku-kuku jari Anda sudah cukup menyibukkan. Tangan Anda rupanya
lebih penting daripada ekspor negeri kita.
Kata-kata onassis ternyata mengena. Sang Menteri tampak terkesan, dan ia mulai berbicara secara serius dengan Onassis.
Sesudah itu, negosiasi antara Yunani dan Argentina di buka kembali.
Akhir tahun 1922 menandai suatu keputusan besar bagi kehidupan Onassis. Kegagalan pertamanya sebagai pemilik kapal tidak
membuat ia mundur untuk tetap menanamkan uang dalam sektor itu. Ia sudah gandrung
akan perkapalan. Ia tergerak oleh keyakinan batin bahwa kapal sajalah yang akan membawa dia ke jenjang sukses. Maka,
dikumpulkannya semua uang miliknya, yang waktu itu sudah lumayan, lalu berangkat ke London. Ia baru berusia 26 tahun. Ia
telah dikenal karena reputasinya sebagai seorang usahawan yang berani, apalagi setelah penunjukannya sebagai Konsul
Jenderal Yunani di Buenos Aires. Namun fungsi diplomatik ini tidaklah menyita banyak waktunya.
Pasar, yang menderita berat akibat jatuhnya pasar modal Wall Street tahun 1929, memberikan kesempatan baik bagi para
penanam modal. Kapal-kapal menjadi murah, jauh di bawah harga semula. Langkah paling baik adalah membeli kapal-kapal
berusia 10 tahunan. Kapal sebesar sembilan ton yang semula harganya
$1.000.000, kini hanya laku dijual $20.000, kira-kira seharga sebuah Rolls-Royce. Apa yang dilakukan
Onassis selagi masih kanak-kanak kini akan terulang, tetapi barang bekasnya adalah kapal.
Walaupun kini bisnisnya di London. Onassis membeli kapal pertamanya, dua buah kapal tua masing-masing
seharga $20.000, di Montreal. Kedua kapal yang bernama Miller dan Spinner, diganti namanya menjadi Onassis Socrates dan
Onassis Penelope, sebagai tanda penghormatan kepada kedua orang tuanya. Untuk mendapatkan untung dalam bisnis perkapalan,
pentinglah memperhatikan turun naiknya biaya muatan dan membuat keputusan yang tepat. Onassis mampu dalam hal ini.
Lebih dari itu, ia seorang optimis yang tak pernah mundur. Dengan sifat petualang dan keberaniannya, ia segera menonjol di
antara pemilik-pemilik kapal Yunani lain yang berpangkalan di London, karena tidak seperti mereka, ia tidak mempunyai
pemikiran tentang krisis ekonomi. Mereka, ia tidak takut menanamkan uangnya.
Kegesitan dan diplomasi bawaannya dengan cepat mengantar dia ke kalangan masyarakat kelas tinggi. Tidak boleh dilupakan,
salah satu pelicin jalan dalam kenaikannya ke kelas elit adalah hubungan dengan salah satu wanita simpanannya yang
pertama, si cantik dari Norwegia Ingeborg Dedichen, putri seorang pemilik kapal yang terkenal.
Sifat lain yang memudahkan jalan Onassis adalah kemampuannya mendengarkan orang. Memang, keluwesan dan kefasihan bicara
memainkan peranan penting dalam membujuk orang dan mendesak orang agar menerima gagasan kita serta kita sendiri. Tetapi
tidak banyaklah orang yang tahu benar cara mendengarkan orang lain. Kebanyakan orang kaya dalam buku ini telah belajar
keahlian tersebut, sehingga mereka tidak
hanya selalu mengerti apa yang diketahui oleh lawan bicaranya, tetapi juga menyesuaikan diri dengan mereka. Demikianlah,
agar mampu mempengaruhi orang dan mendapat jaminan bahwa mereka akan menolong dalam perjalanan menuju sukses, orang harus
mulai dengan mengetahui siapakah orang yang dihadapinya. Onassis adalah seorang pakar dalam keahlian mendengarkan. Lord
Moran, yang menulis buku The Great Onassis, mungkin karena dia sendiri tidak menggunakan keahlian ini, tidk menyebut-
nyebut kemampuan Onassis
untuk mendengarkan orang lain. Padahal semua orang yang pernah berhubungan dengan Onassis terkesan
oleh kelebihan ini. Bila mereka berhadapan dengan Onassis, ia memberikan kesan bahwa mereka adalah manusia paling penting
di dunia.
Karena kemampuan ini, Onassis sebenarnya bisa menjadi ahli politik yang baik. Bakat ini dimanfaatkan benar oleh Onassis,
seperti disaksikan oleh si cantik dari Norwegia dalam buku catatannya:
Lelaki muda penuh pesona yang dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan ini meniru orang yang menjadi lawan bicaranya
dengan begitu sempurna. Ada sementara orang yang menafsirkan kemahiran ini sebagai kecerdikan, orang lain menyebutnya
sebagai kemunafikan dan 14
menganggapnya kepandaian membunglon belaka. Tetapi saya percaya kepandaian mendengarkan adalah
suatu cara khusus memberikan perhatian tulus kepada orang lain dan seluruh dunia. Kebetulan, selama hidupnya Onassis
mempunyai rasa haus yang tak terpuaskan akan pengetahuan di samping daya ingatnya yang kuat. Ia mempunyai daya konsentrasi
yang telah sangat berkembang.
Kemampuan mendengarkan orang lain adalah salah satu ciri khas yang vital bagi setiap salesman yang baik.
Itulah sebabnya Onassis adalah seorang salesman yang luar biasa. Walter Saunders, yang jelas bukan seorang yang naif
karena dia adalah penasihat pajak bagi metropolitan Life, menggambarkan kesannya tentang pemilik kapal Yunani ini:
Ada perasaan pada diri saya bahwa orang yang penuh semangat ini mampu menjual alat pendingin kepada
orang Eskimo. Tetapi saya pun berperan bahwa setiap detail sudah dipersiapkan secara tuntas sebelumnya. Kebanyakan orang
yang bertemu dengan Onassis merasakan pengaruh daya persuasifnya dan merasa bahwa
Onassis tidak berimprovisasi dalam langkah-langkahnya, tetapi sudah mengetahui segala sesuatu dalam berkas catatannya
sampai ke detail-detailnya.
Pada penghujung tahun 1947, Onassis melewati ambang lain dalam kariernya yang gemilang. Untuk pertama
kali dalam hidupnya ia akan mulai secara sistematis menerapkan prinsip yang dikenal sebagai OPM (Other People s Money,
Uang Orang Lain UOL), dengan meminjam kepada Metropolitan Life Insurance Company sebesar $40 juta untuk membangun kapal-
kapal baru. Sebagai siasat ia menggunakan sebuah perusahaan minyak sebagai mitra. Onassis akan mengangkut minyak mereka
dan kontraknya akan tetap berlaku sampai habisnya batas waktu utang. Karena perusahaan minyak pada waktu itu sangat
terandalkan, meminjam atas nama perusahaan itu sangat mudah. Dalam arti tertentu, badan keuangan meminjamkan uang kepada
perusahaan minyak, bukan kepada Onassis. Onassis sering mengingat masa itu dengan berbangga diri. Dikatakannya bahwa
perusahaan minyak yang kaya itu dalam hubungan dengan kapal-kapal Onassis adalah ibarat seorang penyewa dengan rumah yang
dihuninya dengan membayar uang sewa. Kalau yang menyewa adalah Rockefeller, tidak menjadi soal apakah atapnya bocor atau
bergenting emas. Kalau Rockefeller menyanggupi membayar uang sewanya, siapa saja bersedia memberikan pinjaman untuk
mengurusi rumah itu. Keadaan itu berlaku pula untuk kapal-kapal Onasssis.
Prinsip ini sekarang lumrah sekali. Prinsip inilah dasar segala investasi pembangunan real-estate. Bila seorang meminjam
uang untuk suatu bangunan bisnis, bank sebenarnya meminjamkan uangnya kepada penyewa bangunan itu. Merekalah yang akan
mengembalikan uangnya, terkecuali bangunan itu milik seorang penanam modal. Prinsip ini pada zaman Onassis tergolong
revolusioner, dan keorisinal gagasan Onassis patut dipuji karena sebagian besar pemilik kapal Yunnai pada waktu itu
berpegang pada prinsip: Mau dapat kapal, bayar uang kontan.
Walaupun ia seorang inovator sejauh ia tidak menggunakan metode-metode para pesaingnya, ia bukanlah penemu OPM, walaupun
mungkin ia menyatakan begitu. Konsep ini lahir dari otak Daniel Ludwig, seorang usahawan Amerika yang kaya. Dia telah
mulai menanamkan uang dalam kapal armadanya bahkan jauh lebih unggul daripada milik Onassis dan kemudian beralih ke usaha
real estate. Sudah sejak tahun 1930-an Ludwig mengembangkan apa yang kelak menjadi praktek biasa di mana-mana. Gagasan itu
muncul dalam benaknya setelah sebuah Bank menolak permintaannya untuk meminjam uang yang akan digunakannya untuk membeli
kapal dan merombaknya menjadi kapal tangki. Onassis meninggal pada tanggal 15 Maret 1975, tapi dalam menjelang akhir
hayatnya ia minta kepada salah satu akuntannya apakah ia dapat mengatakan besarnya keuntungan yang dimilikinya secara
cepat dengan pembulatan ke angka sepuluh dolar.
No comments:
Post a Comment